Ingin Menjadi Kejawen Sejati?

Bagaimana Menjadi Seorang Kejawen Sejati?
Caranya; puasa lah mutih Senin Kamis, pada saat menjalani puasa tersebut tanyakan pada diri sendiri (dasar2 Olah Roso), apakah Anda suka membohongi diri Anda sendiri? Kalau jawabannya, Anda suka membohongi diri Anda sendiri, maka Anda bukan orang yang cocok untuk Menjadi Seorang Kejawen....
Kejawen adalah orang yang memeluk Agami Jawi. Jawi sendiri memiliki arti dan makna : Berbudi Luhur. Jadi Agami Jawi bukan Agamanya orang Jawa saja, melainkan Agamanya orang yang ingin Berbudi Luhur...

Agama Tidak Membuat Orang Jadi Baik

Tidak ada satu Agama pun di dunia, yang bisa membuat orang jadi baik. Yang ada; Orang baik dan mempunyai niat yang baik, menggunakan Agama apa pun, untuk tujuan kebaikan. Pasti dia akan jadi baik.
Jadi pilihlah Agama yang sesuai dengan Hati Nurani.

Rabu, 17 Februari 2010

Tahun Jawa

Sebenar-benarnya, Tahun Jawa telah dimulai pada 4425 tahun Sebelum Masehi. Ketika itu, Kedjawen lahir di muka bumi ini.

Pegaruh dan perubahan pola Tahun di Tanah Jawa oleh Agama Hindu, merupakan perubahan pertama kalinya, yakni dengan menganut Tahun Saka, yang dimulai pada 78 tahun setelah Masehi, atau sekitar 500 tahun sebelum Hidjriah (Tahun Islam)

Akibat kekalahan Majapahit, pola Tahun di ubah kembali oleh Sultan Agung, dimana tahun Saka dipaksakan untuk disesuaikan kepada tahun Hidjriah yang notabene lebih muda. Read More..

Selasa, 16 Februari 2010

Kanuragan

Ilmu kanuragan dalam babad nusantara, khususnya tanah Jawa, menjadi hal penting dan menjadi bagian budaya jaman Jawa kuno.

Kita telah mengenal beberapa ilmu metafisika yang dalam kebudayaan Jawa disebut Kanuragan, seperti : Aji Gendam (hampir sama dengan Hipnotis), Aji Pameling (hampir sama dengan telepati), Aji kijang kencana, Aji Bayu bajra, Aji Bandung Bondowoso dan lain-lain.

Ilmu Kanuragan tersebut sempat mencapai kejayaannya pada masa kerajaan kuno, terutama era Majapahit dan Sriwijaya.

Orang-orang yang ingin menyesatkan pemahaman Agami Jawi, mereka memutarbalikan fakta, dengan menyisipkan kedalam ajaran Kejawen, yakni "metode praktis untuk melatih ilmu tenaga dalam".

Padahal ilmu tersebut adalah, ilmu bela diri tradisional orang-orang Jawa yang disebut Kanuragan. Jadi Kanuragan sama sekali bukan bagian dari Agama Jawi, karena Agama Jawi tidak mengajarkan seseorang untuk perang.

Seorang Kejawen Sejati tidak boleh memiliki rasa dendam, apalagi berfikir untuk berperang, logikanya, kalau Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Kuasa menganggap perlu memusnahkan sesuatu yang merugikan, maka dalam sekejap hal tersebut dapat terlaksana, sehingga proses tersebut tidak perlu adanya campur tangan manusia.

Kalau logika berperang adalah untuk pembenaran, maka apabedanya Agama tersebut dengan pola pikir Negara-negara Barat, yang sering melakukan penyerangan, atas nama pembenaran.

Bedanya, pembenaran Negara-negara Barat dengan melakukan sosialisasi logika mereka. Di lain pihak, orang-orang yang mengaku barAgama, bahkan mengklaim pembenaran mereka untuk menyerang sesama mereka sendiri dengan ayat-ayat Agama kepercayaannya. Kalau dipikir lagi, apakah Tuhan Yang Maha Esa akan memberikan ayat-ayat untuk membunuh?
Read More..

Senin, 15 Februari 2010

Empat Tekad Dalam Berdoa

Dalam tradisi Jawa, seseorang dapat mewujudkan doa dalam bentuk lambang atau simbol. Lambang dan simbol dilengkapi dengan sarana ubo rampe sebagai pelengkap kesempurnaan dalam berdoa.

Lambang dan simbol mengartikan secara kiasan bahasa alam yang dipercaya manusia Jawa sebagai bentuk isyarat akan kehendak Tuhan Yang Maha Esa / Ghusti. Manusia Jawa akan merasa lebih dekat dengan Tuhan jika doanya tidak sekedar diucapkan di mulut saja (NATO: not action talk only), melainkan dengan diwujudkan dalam bentuk, seperti; tumpeng, sesaji dsb. sebagai simbol kemanunggalan tekad bulat.

Olehkarenanya, manusia Jawa dalam berdoa melibatkan "Empat Unsur Tekad Bulat" yakni; Hati, Fikiran, Ucapan, dan Tindakan. Upacara-upacara tradisional sebagai bentuk kepedulian pada lingkungannya, baik kepada lingkungan Masyarakat Manusia, maupun Masyarakat Gaib yang hidup berdampingan, agar selaras dan harmonis dalam melakukan penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa / Ghusti.

Bagi manusia Jawa, setiap "Rasa Syukur dan Doa" harus diwujudkan dalam bentuk tindakan riil (atau diiringi dengan usaha), sebagai bentuk ketabahan dan kebulatan tekad yang diyakini dapat membuat doanya dikabulkan.
Read More..

Catatan Penting bagi seorang Kejawen

Dari mayoritas blog yang mengatasnamakan untuk kepentingan Kejawen, ternyata mereka adalah milik orang-orang beragama Rasul, yang intinya ingin memutarbalikan fakta "Agami Jawi"

Bagi yang ingin memeluk "Agami Jawi" apapun suku bangsa Anda, Anda hanya perlu dengan mencoba dengan Olah Roso.

Agami Jawi adalah agama yang benar-benar mempercayai dan meyakini kebesaran Ghusti.

Sesungguhnya tidak ada yang namanya Kejawen Hindu, Kejawen Budha, Kejawen Islam ataupun Kejawen Kristen.

Nilai-nilai Agami Jawi memang sudah digeser oleh agama-agama pendatang. Agami Jawi adalah agama yang sudah tumbuh berkembang, jauh sebelum agama-agama import itu datang ke Indonesia.

Mengapa begitu?
Orang Jawa yang terkenal dengan sifatnya yang senkretis, sehingga hal ini dimanfaatkan oleh orang-orang pembawa Agama Import tersebut, agar nilai-nilai mereka dapat diterima oleh Agami Jawi, maka mereka mencoba untuk mengawinkan Agama mereka dengan Agami Jawi yang sudah tumbuh jauh lebih lama dari Agama mereka.

Dan, setelah Soeharto jatuh, mereka (pemeluk Agama Import) menganggap sudah sangat kuat, sehingga mereka berniat untuk menggeser Agami Jawi dari Bumi Nusantara ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ancaman, baik fisik maupun non fisik yang mereka lakukan kepada orang-orang awam di Indonesia.

Dengan keteguhan Para Kejawen Sejati sepertia Anda, saya yakin, Agami Jawi lambat laun akan menjadi tuan rumah kembali di tanah kelahirannya sendiri.
Read More..

Etimologi

Kejawen adalah sebuah Agama Lokal pertama yang lahir di Indonesia, yang dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa, dan sukubangsa lainnya yang tinggal atau menetap di pulau Jawa.

Kata “Kejawen” berasal dari kata Jawi, sebagai kata benda yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia, yaitu seorang yang Berbudi Luhur. Sehingga Kejawen juga sebagai sebutan/predikat bagi pemeluk "Agami Jawi", sebagai contoh, seperti pemeluk agama Islam disebut sebagai Muslim.

Dalam konteks umum, kejawen merupakan Agama lokal Indonesia. Seorang ahli antropologi Amerika Serikat, Clifford Geertz pernah menulis tentang Agama ini, dalam bukunya yang ternama The Religion of Java atau dalam bahasa lain, Kejawen disebut "Agami Jawi".

Penganut ajaran untuk Kejawen biasanya, menganggap ajarannya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah prilaku orang yang beradap.

Ajaran kejawen biasanya bertumpu pada konsep "Keseimbangan". Dalam pandangan demikian, Kejawen memiliki kemiripan dengan Konfusianisme atau Taoisme, namun tidak sama pada ajaran-ajarannya.

Tetapi kini, bagi Kejawen Sejati, dengan Olah Roso, kita paham bahwa untuk berkomunikasi dengan Ghusti, kita dapat menggunakan suara hati, apapun bahasanya.

Catatan :
Agami Jawi, tidak menjadi monopoli orang-orang Jawa semata. Agami Jawi, Agamanya orang-orang yang ingin dapat Berbudi Luhur... Bahkan Agami Jawi ini, dapat diterapkan di belahan dunia manapun.
Read More..

Orang Modern percaya adanya Dunia Gaib

Saya perlu mengatakan bahwa saya pernah berdomisili dan mengunjungi Negara-negara; Jerman, Belanda, Belgia, Luxemburg, Italia, Taiwan, Singapura, Malaysia, Filipina. Hal ini dikarenakan untuk mengetahui bahwa dari pengalaman saya, saya mendapat beberapa kejutan kepercayaan dari negara-negara modern di Eropa.

Satu saat (tahun 1982) saya pernah kerja di pinggiran kota Hamburg. Karena saya jenuh, bekerja sendiri di pojokan gudang, maka untuk menyemangati, saya bekerja sambil bersiul (singsot).

Tanpa diduga, saya didatangi oleh seorang ibu-ibu setengah baya (Supervisor), ia berkata kepada saya, "Sie durfen hier nicht pfeifen, weil es eine Menge von Dämonen, die kommen werden" Artinya, kamu nggak boleh siul di sini, karena nanti akan banyak setan yang datang.

Kalau dulu Eyang saya selalu bilang, "ojo singsot mbengi-mbengi, ngundang setan". Dari pengalaman saya di atas, di negara yang modern dan selogis Jerman, hal itu masih dipercayai oleh masyarakatnya.

Jadi kalau para tokoh agama mengatakan bahwa itu tahayul, dan di negara modern hal itu sudah tidak ada lagi. Dapat dipastikan, si tokoh agama tadi, tidak memiliki pengalaman seperti di atas, atau bahkan ia mengatakan hal itu berdasarkan pesanan dari negara asal agama yang diwakilinya.

Tahun 2004 kebetulan saya harus bekerja di Berlin, dan saya mencari tempat tinggal di wilayah penduduk yang masih Asri. Hari-hari pertama saya harus melengkapi bumbu dapur, sehingga saya harus ke supermarket besar terdekat. Saat saya sudah membeli berbagai kebutuhan, saya melihat "Roncean Bawang Putih Laki-laki" dan saya pun mengambilnya.

Ketika saat saya berada di depan Kasir, saya pun menanyakan, "Roncean Bawang Putih Laki-laki" untuk memasak apa? Kasir yang saat itu, wanita muda yang masih berumuran 20 tahunan, menjelaskan kepada saya, bahwa "Roncean Bawang Putih Laki-laki" itu untuk digantungkan di depan pintu masuk, atau di dapur, gunanya untuk menolak mara bahaya, yang datang dari mahluk halus.

Dari dua pengalaman saya di atas, jelas bahwa orang-orang di negara modern, masih mempercayai adanya Dunia Gaib.
Read More..

Minggu, 14 Februari 2010

Catatan

Mantra dan Doa
Saya menggantikan kata mantra dengan doa, hal ini jelas alasannya. Bagi orang yang mengaku seorang Kejawen, tetapi mereka mengatakan doanya sebagai mantra, dapat dipastikan bahwa mereka, secara sengaja atau tidak sengaja terpengaruh oleh kelompok/golongan, yang ingin mendiskriditkan atau memutarbalikan fakta, sehingga orang menganggap bahwa Kejawen itu adalah sebagai aliran Kebatinan / Ilmu Hitam / Penyembah Berhala.

Jadi, bagi Anda yang mempelajari Agami Jawi dari sumber-sumber yang tidak jelas. Jika mereka menyebut Mantra, sebaik apapun prolog dari tulisan itu, dapat dipastikan bahwa mereka adalah orang-orang dari agama lain, yang ingin merusak makna luhurnya Agami Jawi.

Allah dan Ghusti
Kita sama-sama sepakat bahwa Tuhan sebagai “Yang Maha Pencipta” adalah Esa, sehingga seperti Air, kita pun dapat menyebut dalam bahasa Inggris; Water, atau dalam bahasa Jerman; Wasser, tetapi inti semuanya adalah sama, yakni H2O. Jadi, makna intinya adalah, jika Tuhan kita sapa dengan bahasa apapun, maka yang dimaksud adalah tetap Tuhan Yang Maha Esa. Berinteraksi dengan Tuhan Yang Maha Esa saat kita menyembahNya, merupakan hubungan yang unik bagi setiap individu. Saya pribadi menggunakan kosa kata Ghusti untuk menyembahNya.

Kanuragan
Orang-orang yang ingin menyesatkan pemahaman Agami Jawi, mereka memutarbalikan fakta, dengan menyisipkan kedalam ajaran Kejawen, yakni "
metode praktis untuk melatih ilmu tenaga dalam". Padahal ilmu itu adalah, ilmu bela diri tradisional orang-orang Jawa yang disebut Kanuragan. Jadi Kanuragan sama sekali bukan bagian dari Agama Jawi, karena Agama Jawi tidak mengajarkan seseorang untuk perang. Dan anehnya, para penganut Kanuragan, ternyata banyak yang melafalkan Mantra mereka dengan bahasa Arab.
Read More..