Ingin Menjadi Kejawen Sejati?

Bagaimana Menjadi Seorang Kejawen Sejati?
Caranya; puasa lah mutih Senin Kamis, pada saat menjalani puasa tersebut tanyakan pada diri sendiri (dasar2 Olah Roso), apakah Anda suka membohongi diri Anda sendiri? Kalau jawabannya, Anda suka membohongi diri Anda sendiri, maka Anda bukan orang yang cocok untuk Menjadi Seorang Kejawen....
Kejawen adalah orang yang memeluk Agami Jawi. Jawi sendiri memiliki arti dan makna : Berbudi Luhur. Jadi Agami Jawi bukan Agamanya orang Jawa saja, melainkan Agamanya orang yang ingin Berbudi Luhur...

Agama Tidak Membuat Orang Jadi Baik

Tidak ada satu Agama pun di dunia, yang bisa membuat orang jadi baik. Yang ada; Orang baik dan mempunyai niat yang baik, menggunakan Agama apa pun, untuk tujuan kebaikan. Pasti dia akan jadi baik.
Jadi pilihlah Agama yang sesuai dengan Hati Nurani.

Selasa, 17 Agustus 2010

Pengalaman Spiritualku

Dari kecil, saya memang orang yang tidak mudah percaya dengan hal-hal diluar logika, apalagi yang menentang logika. Iman dan Dogma, jelas-jelas bagi saya adalah sebuah pembodohan. Dimana untuk memudahkan pemuka agama, agar dapat berlindung di balik ketidak sanggupannya untuk menjelaskan hal-hal yang memang tidak ada.

Dari kecil pula, saya adalah orang yang sangat tidak senang dengan standar ganda. Sementara di beberapa agama (tidak semua), melakukan standar ganda.

Juga hal yang saya paling benci adalah, orang-orang yang berpenampilan agamis, tetapi amoralis.

Pengalaman spiritual saya, mencoba untuk mengikuti, dan mempelajari, mulai dari Agama Hindu – yang artinya “Kebenaran Abadi” (3102 sampai 1300 Sebelum Masehi - Agama yang diyakini segenap orang sebagai Agama Pertama di Dunia), dan baru diikuti oleh Agama-agama Rasul.

Dari perjalanan spriritual saya tersebut, saya terus terpanggil oleh Agama Lokal yang pernah saya pelajari secara sekilas, yakni Agami Jawi yang eksis pada tahun (4425 tahun Sebelum Masehi). Dimana keluarga saya sebenarnya, mayoritas memeluk Agama Islam (570 M - 632 M), dan sebagian memeluk Kristen Katolik (1 Masehi).

Tetapi memang, Agama (Kepercayaan dan Keyakinan), kalau tidak percaya dan tidak yakin, apalagi tidak cocok di hati, selalu saja mengganggu pikiran dan hati pemeluknya. Sehingga pada 12 Oktober 2007 (Idul Fitri Hari Pertama), saya telah bulat memutuskan untuk menjadi seorang Kejawen Sejati, dan meninggalkan Agama yang tertera di KTP saya.

Sebelum benar-benar ingin memeluk Agami Jawi, saya mohon izin kepada Ibu saya, kalau saya akan menjadi, atau menjalani Agami Jawi secara utuh, yakni sebagai seorang Kejawen Sejati atau Kejawen tanpa embel-embel Agama lain (Islam Kejawen, Kristen Kejawen, atau apapun), seperti yang banyak dianut oleh orang-orang Indonesia saat ini.

Pesan Ibu saya, “Kalau kamu mau jadi seorang Kejawen Sejati, jangan pernah belajar pada orang lain.” Pesan singkat itu, pada awal-awalnya, membuat saya terus bertanya-tanya. Tetapi, setelah kurang lebih tiga bulan saya lakoni semua dengan Olah Roso, maka mulai berdatangan jawaban-jawaban. Hal ini menjawab semua pertanyaan, mengapa saya tidak boleh belajar pada orang lain.

Dari waktu ke waktu, saya mulai mendapatkan pencerahan, sampai-sampai hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, muncul dengan sendirinya. Dari mulai dasar-dasar ucapan Doa kepadaNya, hingga cara sembahyang.

Catatan:
Saya akan sharing pengalaman saya dalam Blog saya ini. Tetapi saya yakin, kalau Anda ingin menjadi seorang Kejawen Sejati, Anda pun dapat melakukannya dengan cara Olah Roso. (Filosofi dasar Olah Roso adalah empati, yakni; kalau kamu tidak mau disakiti, jangan menyakiti, tetapi kalau kamu ingin dihormati orang lain, kamu pun harus menghormati orang lain.)
Karena tidak satu Manusia pun di dunia yang dapat mendikte pola hubungan seseorang dengan Sang Pencipta, karena setiap orang memiliki hubungan yang khusus dan unik langsung kepada Sang Pencipta. Jadi tidak satu orang pun, yang berhak mengaku-aku dirinya dapat menyeragamkan pola hubungan Manusia dengan Sang Pencipta.

Sebagai analogi, Kedjawen memberikan Anda pancing dan bukan ikannya. Dengan demikian, Anda akan mendapatkan pemahaman yang hakiki mengenai Sang Pencipta dalam diri Anda (Manunggaling Kawulo Ghusti).
Read More..

Kamis, 05 Agustus 2010

Mahluk Halus, Jin, dan Setan

Mahluk Halus
Mereka adalah mahluk yang hidup di dunia ini juga. Cuma bedanya, mereka memiliki frequensi yang berbeda dengan frequensi manusia. Selain itu, zat badan mereka pun, tidak terdiri dari zat-zat yang kasar, seperti yang kita biasa temui di dunia nyata kita ini.

Sehingga tidak mengherankan, jika mereka disebut dengan "Mahluk Halus". Tetapi pada prinsipnya, pola kehiduan sosial mereka secara umum, sama seperti kehidupan kita-kita di dunia nyata ini. Singkat kata, mereka ada yang baik dan ada yang jahat, ada yang pintar dan ada pula yang bodoh. Pola pergaulannya pun hampir sama dengan pola pergaulan manusia secara umum.

Jin
Mereka adalah jenis Mahluk Halus yang termasuk dalam kategori pintar dan pintar sekali, sehingga ada sebagian dari mereka yang dapat berubah wujud, menjadi berpenampilan seperti Manusia Normal.

Dalam kehidupan Jin pun ada yang punya sifat baik dan ada yang memiliki sifat buruk.

Jadi tidak ada alasan memusuhi Jin yang bersifat baik. Tetapi seperti Manusia pula, dimana di dalam kehidupan nyata sehari-hari, kita pun dapat terkecoh oleh copet yang ber-jaz dan ber-dasi.

Seperti dalam kehidupan sehari-hari, kita pun ingat pepatah "Don't See a Book from the Cover". Hal inilah yang membuat kita pun harus terus menjadi lebih waspada terhadap siapapun juga, baik itu Jin atau Manusia sekalipun.


Setan
Mengapa banyak sekali para tokoh agama import yang menyalah artikan "Mahluk Halus", dengan menyamaratakan semua mahluk halus tersebut dengan sebutan "Setan".

Hal ini sebenarnya adalah untuk mengelabuhi orang-orang awam, agar tidak bisa bergaul (Red. Ingat Bukan Menyembah)dengan Mahluk Halus yang baik, dan mau saling tolong menolong dengan Manusia.

Jadi bagi seorang Kejawen, seyogyanya tidak boleh cepat-cepat menghakimi bahwa mereka semua adalah "Setan". Karena "Setan" sesungguhnya adalah sifat yang paling buruk dalam kehidupan di tiga dunia ini (Dunia Nyata, Dunia Mahluk Halus, dan Dunia Maya).

Tokoh agama import tersebut sebenarnya, ingin mengeliminasi pergaulan manusia awam dengan Mahluk Halus (Ada yang baik dan ada yang Jahat). Hal ini dikarenakan, agar Tokoh Agama tersebut dapat memanfaatkan pertolongan "Mahluk Halus" tersebut lebih leluasa, untuk kepentingan dan keuntungan Tokoh Agama import itu sendiri.

Jadi keterangan mereka atau pembelajaran mereka kepada pengikutnya, adalah terbalik dengan apa yang mereka perbuat di balik itu semua.

Catatan:
Romo (Tokoh Agami Jawi) selalu menasehati kita, bahwa jangan pernah buat Janji pada Mahluk Halus. Makna tersebut, sebenarnya sama dengan "Jangan gampang membuat Janji kepada orang lain, karena Jani itu hutang".

Kalau seseorang janji kepada orang lain, pasti orang yang mendapat janji tersebut akan menagih janji tersebut, jika dia butuh janji tersebut. Tetapi karena manusia terikat dengan dimensi waktu dan tempat, maka si penagih janji tidak dapat setiap saat muncul di hadapan orang yang memberi janji tersebut.

Sementara Mahluk Halus tidak mengenal dimensi tempat, sehingga mereka bisa setiap saat menagih janji tersebut, inilah yang sangat mengganggu manusia yang mudah membuat janji tersebut.
Read More..