Ingin Menjadi Kejawen Sejati?

Bagaimana Menjadi Seorang Kejawen Sejati?
Caranya; puasa lah mutih Senin Kamis, pada saat menjalani puasa tersebut tanyakan pada diri sendiri (dasar2 Olah Roso), apakah Anda suka membohongi diri Anda sendiri? Kalau jawabannya, Anda suka membohongi diri Anda sendiri, maka Anda bukan orang yang cocok untuk Menjadi Seorang Kejawen....
Kejawen adalah orang yang memeluk Agami Jawi. Jawi sendiri memiliki arti dan makna : Berbudi Luhur. Jadi Agami Jawi bukan Agamanya orang Jawa saja, melainkan Agamanya orang yang ingin Berbudi Luhur...

Agama Tidak Membuat Orang Jadi Baik

Tidak ada satu Agama pun di dunia, yang bisa membuat orang jadi baik. Yang ada; Orang baik dan mempunyai niat yang baik, menggunakan Agama apa pun, untuk tujuan kebaikan. Pasti dia akan jadi baik.
Jadi pilihlah Agama yang sesuai dengan Hati Nurani.

Minggu, 03 Juni 2007

Islam Masuk Indonesia

Raden Patah YTPHN

1) Jaman Majapahit "SERAT DARMOGANDUL" oleh Laurent

2) Jaman Pajajaran oleh wachdiejr

3) Mohtar Lubis : Islam masuk Indonesia secara damai ?

4) Terror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak
oleh: Batara R. Hutagalung

5) KERIS: lambang peradaban Melayu (pra-Islam) yg dihancurkan Islam, oleh : Orang Melayu, Dr Fachdie Noor

6) Ulasan tentang Buku VS NAIPAUL, 'Beyond belief : Islamic Excursions Among the Converted Peoples. In the Land of Converts: An Islamic Journey'

7) Jihad di Lombok dan Bali

Nuansa masuknya Islam ke Indonesia ada pada Serat "Darmo Gandhul"

Tidak pernah diceritakan dalam sejarah, saat kita di Sekolah dahulu, bahwa masuknya Islam ke Tanah Jawa ternyata menyimpan cerita yang sungguh luar biasa kasarnya.

Kejadian tersebut ternyata terekam dalam Serat Darmo Gandhul. Dalam serat yang aslinya berbahasa Jawa Kuno, dipaparkan perjalanan beberapa wali, juga hambatan dan benturan dengan Budaya, Agama Lokal, dan Agama-agama Pendatang yang sudah lebih dahulu ada di tanah Jawa ketimbang Islam.

Penulis serat ini sendiri tidak menunjukkan jati diri aslinya. Hal ini, disebabkan kondisi yang tidak aman, jika penulis memberikan indentitas aslinya. Tetapi, dari gaya tulisannya, dapat ditafsirkan penulis serta tersebut adalah Ronggo Warsito.

Ia menggunakan nama samaran Ki Kalam Wadi, yang berarti Rahasia atau Kabar Yang Dirahasiakan. Ditulis dalam bentuk prosa dengan pengkisahan yang menarik. Isi Darmo Gandhul tentu saja mengagetkan kita yang selama ini mengira bahwa masuknya agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai (dibawa oleh saudagar2 penipu), dan seolah tanpa gaya-gaya kebiadaban perang seperti di negeri lahirnya Agama Islam.

Mengungsinya para pemeluk Hindu dan Budha ke berbagai wilayah, misalnya ke Pulau Bali, ke kawasan pegunungan dan hutan rimba, adalah salah satu pertanda bahwa mereka menghindari tindakan pembantaian massal oleh sekelompok orang yang ingin meng-Islam-kan P Jawa.

Dengan versi singkat Darmo Gandhul yang dirangkum dari Tabloid Posmo terbitan Surabaya. Dapat lebih mudah dipahami oleh pembaca yang awam sekalipun, Posmo menyuntingnya disana-sini. Yang menjadi catatan, kita harus kritis menyikapi isi cerita yang mungkin juga sangat tendensius ini.

Isi dari serat ini rasanya masih relevan dikaitkan dengan zaman sekarang, dimana mulai bermunculan kelompok fundamentalis Islam, terorisme yang mengatas namakan agama, dan juga kelompok-kelompok yang bermimpi untuk mendirikan kekhalifahan Islam di negeri ini.

Tokoh2 terkait:

Para penulis :
- Ki Kalam Wadi - Penulis Serat
- Raden Budi - guru Ki Kalam Wadi
- Darmo Gandhul - murid Ki Kalam Wadi

Para pelaku :
- Prabu Brawijaya - Raja Majapahit terakhir, sangat menyesali atas hilangnya sifat dan sikap Budi Luhur putranya Raden Patah YTPHN, karena ajaran Agama Pendatang. Yang pada akhirnya, dengan tega menghianati dan menggulingkan dirinya dari tampuk kepemimpinannya, demi memuluskan penyebaran Agama Islam

- Putri Campa (Dwarawati? Dara Petak?) - permaisuri Prabu Brawijaya
dari Cina yg memperkenalkan Islam pada Pabu Brawijaya, yang kemudian disesali oleh Prabu Brawijaya

- Sayid Rahmad - kemenakan Putri Campa (Sunan Ampel) yang pada akhirnya diberi ijin Prabu Brawijaya untuk menyebar Islam di Jawa

- Sayid Kramat - Sunan Bonang, tokoh licik yang mengakibatkan permusuhan antara Prabu Brawijaya dengan Puteranya Sendiri ("Raden Patah Yang Tak Punya Hati Nurani"). Ia-lah yang mengajarkan "Raden Patah YTPHN" untuk membenci ayahnya sendiri, yang sesungguhnya sudah mengajari dan menempatkannya dirinya sebagai Adipati Demak.

Dari kutipan buku 'Suci' Islam :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pelindung-pelindungmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pelindung-pelindungmu, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. [9.24]

(Pernyataan diatas persis seperti pernyataan dalam teori-teori Ideologi, di luar ideologinya adalah musuh - Pertanyaannya; ini Agama buatan Tuhan Yang Maha Esa atau buatan Manusia, koq pola pikirnya, pola pikir Manusia)

- Raden Patah YTPHN (Babah) - putra Prabu Brawijaya, dikenal juga sebagai Adipati Demak/Senapati Jimbuningrat/Sultan Syah Alam Akbar Khalifaturrasul Amirilmukminin Tajudil Abdulhamid Khak/Sultan Adi Surya Alam di Bintoro. Putera Lalim yang membawa kesengsaraan pada Majapahit dan akhirnya, tanah air kita ini.

(Di Sekolah, kita tidak pernah diajarkan bahwa kejatuhan Majapahit sebenarnya diakibatkan oleh kerakusan seorang anak. Paling cuma dikatakan : Majapahit vs Demak)

- Sunan Kalijaga : negosiator licik yang berhasil merebut kembali hati Prabu Brawijaya, setelah Raden Patah YTPHN berpura-pura menyesali perbuatannya. Sunan Kalijaga ini yang menarik Prabu Brawijaya masuk Islam.

Perbuatan Prabu Brawijaya masuk Islam ini kemudian dicela oleh tokoh bijak, Ki Sabdopalon.

Tokoh-tokoh pelaku lainnya :
- Raden Kusen (Raden Husen/Raden Arya Pecattanda) - saudara kandung Raden Patah YTPHN(lain ayah)
- Ki Bandar - sahabat Sunan Bonang
- Bandung Bondowoso
- Nyai Plencing - dedemit
- Buta Locaya - Raja Dedemit (mantan Patih Sri Jayabaya)
- Ni Mas Ratu Pagedongan (Ni Mas Ratu Angin-Angin)
- Kyai Tunggul Wulung
- Kyai Patih
- Syech Siti Jenar
- Tumenggung Kertosono
- Sunan Giri
- Arya Damar - Bupati Palembang
- Patih Mangkurat
- Setyasena - Komandan Pasukan Cina Islam
- Bupati Pati
- Adipati Pengging
- Adipati Pranaraga
- Sabdo Palon
- Naya Genggong