Ingin Menjadi Kejawen Sejati?

Bagaimana Menjadi Seorang Kejawen Sejati?
Caranya; puasa lah mutih Senin Kamis, pada saat menjalani puasa tersebut tanyakan pada diri sendiri (dasar2 Olah Roso), apakah Anda suka membohongi diri Anda sendiri? Kalau jawabannya, Anda suka membohongi diri Anda sendiri, maka Anda bukan orang yang cocok untuk Menjadi Seorang Kejawen....
Kejawen adalah orang yang memeluk Agami Jawi. Jawi sendiri memiliki arti dan makna : Berbudi Luhur. Jadi Agami Jawi bukan Agamanya orang Jawa saja, melainkan Agamanya orang yang ingin Berbudi Luhur...

Agama Tidak Membuat Orang Jadi Baik

Tidak ada satu Agama pun di dunia, yang bisa membuat orang jadi baik. Yang ada; Orang baik dan mempunyai niat yang baik, menggunakan Agama apa pun, untuk tujuan kebaikan. Pasti dia akan jadi baik.
Jadi pilihlah Agama yang sesuai dengan Hati Nurani.

Senin, 03 September 2007

Penghianat adalah sifat yang harus dikucilkan

Kalau Anda seorang yang Berbudi Luhur, maka perbuatan "Berhianat" adalah perbuatan yang jauh dari pikiran apa lagi dari HatiNurani yang terdalam. Tetapi kepintaran Agama Impor untuk seolah-olah mereka mengajarkan Berjiwa Besar dengan Memaafkan dan Merangkul Kembali Sebagai Teman.

Pola tersebut di atas, yang mereka pakai, ketika Raden Patah YTPHN menelikung Ayah Kandung-nya sendiri.

Raden Wijjaya yang kala itu, menganut Agama Hindu, yang notabene ada kemiripan dalam mengolah dan mengatur emosi seperti Seorang Kejawen. Maka Raden Wijaya terpengaruh untuk memaafkan anaknya tanpa embel-embel apapun.

Inilah awal kejatuhan Agama Hindu yang masuk Nusantara sebagai Agama Impor jauh sebelum adanya agama-agama impor lainnya, meskipun Agama Hindu pada saat itu, tak ubahnya dengan mayoritas Agama Islam sekarang ini, yakni Hindu Kejawen dan Islam Kejawen. Karena bagaimana pun, akar budaya bangsa yang kuat itu tidak dapat serta merta dilunturkan oleh agama-agama impor.

Agama impor non Hindu tersebut, selalu memakai Nilai-nilai Pe-maafan Kedjawen untuk dijadikan sebuah senjata ampuh, demi untuk memuluskan kepentingan penyebaran agamanya sendiri.

Jadi Agama-agama impor tersebut menempatkan "Penghianat Bangsa Indonesia sebagai Pahlawan Mereka"

Untuk tidak terulang lagi, dan tidak kecolongannya orang-orang Kejawen dari Penipuan Nilai-nilai Pola Pikir, maka Penghianat ditempatkan pada bagian luar Teman (Kalau tidak tega menyebutnya sebagai musuh).

Karena dengan kita membiarkan tumbuh kembangnya Penghianat di negeri ini, sama saja kita turut menghancurkan Bangsa kita sendiri. Dan kalau kita tahu, tapi kita diam saja atau pura-pura tidak tahu, karena mungkin tidak enak (Ewuh Pekewuh), terhadap lingkungan pergaulan kita, maka kita pun secara tidak langsung sudah menjadi Penghianat itu sendiri.
Read More..

Minggu, 02 September 2007

Agama = Ideologi?

Semua Agama di dunia berawal, atau lahir dari nilai-nilai tradisi setempat yang selanjutnya dilaksanakan dengan kepercayaan-kepercayaan yang diritualkan sejalan dengan Tradisi Lokal tersebut, sehingga tidak mengherankan, kalau para pakar sosiologi menyatakan, bahwa semua Agama di Dunia lahir pada awalnya dari Agama Lokal.

Sementara, Ideologi lahir dari pemikiran-pemikiran melalui proses thesis anti-thesis, yang pada akhirnya melahirkan aturan-aturan sosial yang komplit pula.

Perbedaan esensial antara Agama dengan Ideologi adalah, terletak pada pola Hukuman dan Penghargaannya.

Agama menerapkan hitungan hukuman dengan "Dosa", yang masih sangat imajinatif, dan harus dipercayai dengan melalui Iman dan Dogma (Kebalikan dari Fakta dan Data).

Sementara Ideologi menerapkan hukumannya dengan Hukum Positif setempat yang berlaku, dan harus dilaksanakan dengan Fakta dan Data (Kebalikan dari Iman dan Dogma).

Sementara, kesamaan antara Agama dengan Ideologi adalah, untuk dapat mengerti aturan-aturan Agama atau Ideologi, secara ceteris paribus, orang harus membaca dan menghafalkannya terlebih dahulu.

Sehingga, tidak mengherankan, ketika seseorang yang hafal dan eksis di lingkungannya karena pengetahuannya terhadap Agama atau Ideologi tertentu, secara psikologis, orang tersebut akan ketagihan untuk terus membaca dan menghafalkan segala sesuatunya, agar dia dapat tetap eksis sebagai narasumber.

Ketagihan untuk menjadi seorang ahli dalam sebuah Agama atau Ideologi tertentu, membuat seseorang menjadi seorang yang fanatik terhadap apa yang ia baca dan percayai.

Kefanatikan seseorang inilah, yang dapat dipergunakan oleh orang-orang ahli "Cuci Otak" untuk menjadikan targetnya menjadi seorang Teroris.

Agami Jawi bukan Agama yang perlu dihafalkan, tetapi Agama yang perlu dirasakan dengan perasaan. Dengan proses "
Olah Roso", Seorang Kejawen Sejati sudah menemukan Surga dan Nerakanya, jadi dirinya tidak lagi perlu percaya dengan bacaan-bacaan yang menyesatkan.

Dengan "Olah Roso", seseorang akan merasakan Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, sehingga ia tidak perlu menjadi orang yang fanatik. Karena Tuhan Yang Maha Esa ada karena kita memang merasakannya. Jadi seorang Kejawen Sejati, tidak berangan-angan masuk ke Surga, karena ia sudah menemukan Kedamaian, ketika ia dapat berinteraksi langsung tanpa perantara (seperti Agama Rosul, yang menggunakan Rosul sebagai Perantaranya) kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Jadi dapat dipastikan pemeluk Agami Jawi, tidak akan pernah terjerumus menjadi seorang teroris. Karena ia sudah menadapat ketenangan yang hakiki melalui Mangunggaling Kawulo Ghusti.

Read More..