Di agama lain, mungkin mempercayai bahwa "Kesusahan atau Penderitaan" merupakan Ujian dari Tuhan.
Bagi Agami Jawi, Ghusti hanya memutuskan 2 hal absolut (yang disebut Takdir), yakni Kehidupan (Lahir di Bumi), dan Kematian (Meninggalkan Bumi). Selain itu, Ghusti memberikan kita pilihan.
Pada saat kita dilahirkan, dapat dianalogikan kita berada di depan "Sejuta Persimpangan Jalan." Pada saat itu, memang kita belum dapat memilih jalan mana yang akan kita tempuh. Di sinilah peran Orang Tua kita yang memberikan warna samar-samar pada arah jalan hidup kita kemudian.
Namun pada saatnya kita menginjak besar/puber, seyogyanya kita sudah mempuyai kapabilitas untuk menentukan jalan mana yang akan kita tempuh. Saat itulah, kita menentukan nasib kita sendiri.
Dua pilihan besarnya adalah, apakah kita ingin menjadi "Orang Baik atau Orang Jahat." Dari dua pilihan besar itu, kita pun masih harus memilah-milah defrensiasinya dalam menjalankan pilihan itu sendiri.
Yang perlu diingat adalah, jika kita sedang dalam masa-masa Sulit atau Kesusahan, maka itu artinya, kita sedang berada dalam jalan yang salah. Bukan Ujian dari Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan kita mengatakan bahwa kesulitan itu adalah "Ujian dari Tuhan Yang Maha Esa," maka tak ubahnya kita mengecilkan Tuhan kita sendiri. Hal ini yang banyak dilakukan oleh agama-agama impor/pendatang. Menurut mereka Tuhan tak ubahnya seperti Satpam, hal ini pulalah yang membuat bangsa kita, selalu terpuruk dari eksistensi negara-negara lain. Ingatlah, Tuhan ada di atas segala-galanya. Ketika kita mengecilkanNYA, maka Alam dan seisinya yang akan mengecilkan kita.
Mungkin banyak dari Anda, mempertanyakan tentang sangat berbedanya pola pikir Agama Lokal Nusantara ini, dengan agama-agama impor lainnya. Hal ini dikarenakan, Agami Jawi tumbuh di alam yang bersahabat, sehingga Seorang Kejawen Sejati terbiasa melihat di luar dirinya adalah hal-hal yang baik. Jadi, justru dirinyalah yang harus menyesuaikan dengan kebaikan itu sendiri. Hal ini Anda dapat memahaminya pada "Empat Sila Utama Pola Hubungan."
.... Tuhan ada sebelum kita semua ada, Tuhan tetap ada setelah kita semua tiada ....
Ingin Menjadi Kejawen Sejati?
Bagaimana Menjadi Seorang Kejawen Sejati?
Caranya; puasa lah mutih Senin Kamis, pada saat menjalani puasa tersebut tanyakan pada diri sendiri (dasar2 Olah Roso), apakah Anda suka membohongi diri Anda sendiri? Kalau jawabannya, Anda suka membohongi diri Anda sendiri, maka Anda bukan orang yang cocok untuk Menjadi Seorang Kejawen....
Kejawen adalah orang yang memeluk Agami Jawi. Jawi sendiri memiliki arti dan makna : Berbudi Luhur. Jadi Agami Jawi bukan Agamanya orang Jawa saja, melainkan Agamanya orang yang ingin Berbudi Luhur...
Caranya; puasa lah mutih Senin Kamis, pada saat menjalani puasa tersebut tanyakan pada diri sendiri (dasar2 Olah Roso), apakah Anda suka membohongi diri Anda sendiri? Kalau jawabannya, Anda suka membohongi diri Anda sendiri, maka Anda bukan orang yang cocok untuk Menjadi Seorang Kejawen....
Kejawen adalah orang yang memeluk Agami Jawi. Jawi sendiri memiliki arti dan makna : Berbudi Luhur. Jadi Agami Jawi bukan Agamanya orang Jawa saja, melainkan Agamanya orang yang ingin Berbudi Luhur...