Semua Agama di dunia berawal, atau lahir dari nilai-nilai tradisi setempat yang selanjutnya dilaksanakan dengan kepercayaan-kepercayaan yang diritualkan sejalan dengan Tradisi Lokal tersebut, sehingga tidak mengherankan, kalau para pakar sosiologi menyatakan, bahwa semua Agama di Dunia lahir pada awalnya dari Agama Lokal.
Sementara, Ideologi lahir dari pemikiran-pemikiran melalui proses thesis anti-thesis, yang pada akhirnya melahirkan aturan-aturan sosial yang komplit pula.
Perbedaan esensial antara Agama dengan Ideologi adalah, terletak pada pola Hukuman dan Penghargaannya.
Agama menerapkan hitungan hukuman dengan "Dosa", yang masih sangat imajinatif, dan harus dipercayai dengan melalui Iman dan Dogma (Kebalikan dari Fakta dan Data).
Sementara Ideologi menerapkan hukumannya dengan Hukum Positif setempat yang berlaku, dan harus dilaksanakan dengan Fakta dan Data (Kebalikan dari Iman dan Dogma).
Sementara, kesamaan antara Agama dengan Ideologi adalah, untuk dapat mengerti aturan-aturan Agama atau Ideologi, secara ceteris paribus, orang harus membaca dan menghafalkannya terlebih dahulu.
Sehingga, tidak mengherankan, ketika seseorang yang hafal dan eksis di lingkungannya karena pengetahuannya terhadap Agama atau Ideologi tertentu, secara psikologis, orang tersebut akan ketagihan untuk terus membaca dan menghafalkan segala sesuatunya, agar dia dapat tetap eksis sebagai narasumber.
Ketagihan untuk menjadi seorang ahli dalam sebuah Agama atau Ideologi tertentu, membuat seseorang menjadi seorang yang fanatik terhadap apa yang ia baca dan percayai.
Kefanatikan seseorang inilah, yang dapat dipergunakan oleh orang-orang ahli "Cuci Otak" untuk menjadikan targetnya menjadi seorang Teroris.
Agami Jawi bukan Agama yang perlu dihafalkan, tetapi Agama yang perlu dirasakan dengan perasaan. Dengan proses "Olah Roso", Seorang Kejawen Sejati sudah menemukan Surga dan Nerakanya, jadi dirinya tidak lagi perlu percaya dengan bacaan-bacaan yang menyesatkan.
Dengan "Olah Roso", seseorang akan merasakan Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, sehingga ia tidak perlu menjadi orang yang fanatik. Karena Tuhan Yang Maha Esa ada karena kita memang merasakannya. Jadi seorang Kejawen Sejati, tidak berangan-angan masuk ke Surga, karena ia sudah menemukan Kedamaian, ketika ia dapat berinteraksi langsung tanpa perantara (seperti Agama Rosul, yang menggunakan Rosul sebagai Perantaranya) kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Jadi dapat dipastikan pemeluk Agami Jawi, tidak akan pernah terjerumus menjadi seorang teroris. Karena ia sudah menadapat ketenangan yang hakiki melalui Mangunggaling Kawulo Ghusti.
.... Tuhan ada sebelum kita semua ada, Tuhan tetap ada setelah kita semua tiada ....
Ingin Menjadi Kejawen Sejati?
Bagaimana Menjadi Seorang Kejawen Sejati?
Caranya; puasa lah mutih Senin Kamis, pada saat menjalani puasa tersebut tanyakan pada diri sendiri (dasar2 Olah Roso), apakah Anda suka membohongi diri Anda sendiri? Kalau jawabannya, Anda suka membohongi diri Anda sendiri, maka Anda bukan orang yang cocok untuk Menjadi Seorang Kejawen....
Kejawen adalah orang yang memeluk Agami Jawi. Jawi sendiri memiliki arti dan makna : Berbudi Luhur. Jadi Agami Jawi bukan Agamanya orang Jawa saja, melainkan Agamanya orang yang ingin Berbudi Luhur...
Caranya; puasa lah mutih Senin Kamis, pada saat menjalani puasa tersebut tanyakan pada diri sendiri (dasar2 Olah Roso), apakah Anda suka membohongi diri Anda sendiri? Kalau jawabannya, Anda suka membohongi diri Anda sendiri, maka Anda bukan orang yang cocok untuk Menjadi Seorang Kejawen....
Kejawen adalah orang yang memeluk Agami Jawi. Jawi sendiri memiliki arti dan makna : Berbudi Luhur. Jadi Agami Jawi bukan Agamanya orang Jawa saja, melainkan Agamanya orang yang ingin Berbudi Luhur...